Sikap
sama menularnya dengan virus. Yang lebih buruk dari semua itu adalah
sikap buruk. Seorang manajer baseball yang bijaksana pernah berkomentar
bahwa ia tidak pernah mengizinkan para pemain yang positif berada di
dalam satu ruangan dengan para pemain yang negatif saat mereka sedang
dalam perjalanan. Sewaktu ia membagi kamar, ia selalu menempatkan yang
negative bersama dalam satu ruangan agar mereka tak dapat meracuni yang
lain.
Salah
satu contoh betapa cepatnya sikap buruk menular melalui pikiran adalah
kisah dari Norman Cousins. Suatu kali, dalam sebuah pertandingan
sepakbola, seorang dokter dari pusat pertolongan pertama merawat lima
orang karena dicurigai keracunan makanan. Karena gejala serupa, ia
berusaha melacak apa yang sama diantara mereka. Ia segera menemukan
bahwa kelima orang itu semuanya membeli minuman dari sebuah kios
tertentu di stadion iti.
Sang
dokter ingin melakukan sesuatu yang bertanggung jawab, maka ia minta
agar si pemberi pengumuman dalam pertandingan itu untuk menyarankan
supaya orang-orang di stadion itu tidak membeli minuman dari stand yang
satu itu karena ada kemungkinan keracunan. Tak lama kemudian, lebih dari
dua ratus orang mengeluh gejala keracunan makanan. Hampir separuh
jumlah orang itu menunjukkan gejala yang parah sehingga harus dilarikan
ke rumah sakit.
Tetapi
ceritanya belum selesai. Setelah diselidiki ternyata lima korban awal
itu telah makan salad kentang yang tercemar di sebuah toko roti dalam
perjalanan mereka menuju tempat pertandingan itu. Ketika “para
penderita” lain mendengar bahwa minuman di stadion itu aman, mereka
dalam sekejab mengalami kesembuhan yang ajaib. Cerita ini membuktikan
bahwa apa yang kita percayai dengan cepat menyebar dan mempengaruhi
kehidupan orang-orang di sekitar kita.
Sumber : John C Maxwell; 17 Hukum Tak Tersangkali; EQUIPS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar